Admisi : Senin s.d. Jumat - 08:00 s.d. 17:00
Akuntansi forensik merupakan istilah yang sudah mulai sering digunakan di Indonesia sekitar tahun 1997 akhir. Saat itu, Indonesia tengah mengalami krisis yang sangat parah, terlebih lagi di bidang ekonomi.
Adapun solusi yang diambil oleh pemerintahan adalah meminta bantuan kepada world bank dan IMF, dengan syarat Indonesia harus melakukan ADPP alias Agreed Upon Due Dilligent.
Walau menjadi salah satu istilah yang cukup populer, tapi belum semua memahami arti dari istilah tersebut. Jika Anda penasaran, bisa cari tahu penjelasannya berikut ini!
Forensik memiliki pengertian sesuatu yang cocok untuk pengadilan hukum. Akuntan forensik juga biasa disebut sebagai auditor investigasi, dan beberapa istilah penyebutan lainnya.
Akuntansi forensik menurut ahli Merriam Webster’s Collegiate Dictionary mengartikan bahwasanya akuntansi di bidang forensik dapat diartikan sebagai kegiatan yang berkenaan dengan pengadilan.
Kemudian, bisa juga diartikan sebagai penerapan pengetahuan ilmiah pada masalah-masalah hukum. Maka, akuntansi bidang forensik juga berarti perwujudan penggunaan ilmu akuntansi pada kepentingan hukum.
Sementara menurut D. Larry Crumbley, yang notabenenya adalah editor-in-chief Journal of Forensic Accounting mengatakan bahwasanya akuntansi pada bidang forensik merupakan ilmu akuntansi yang cocok dengan ilmu hukum.
Sehingga, akuntansi pada bidang forensik bisa bertahan di dalam perseteruan pengadilan. Termasuk proses peninjauan administratif atau judisial.
Dari beberapa pengertian di atas, akuntansi forensik merupakan penggunaan keahlian di bidang audit dan akuntansi.
Maka, dapat disimpulkan bahwasanya akuntansi forensik adalah ilmu akuntansi yang digunakan untuk menyelidiki dan mengungkapkan kejahatan uang.
Nantinya, ada kombinasi ilmu akuntan dengan audit dengan kemampuan investigasi, agar dapat memecahkan permasalahan yang berhubungan dengan keuangan.
Hingga kini, ada banyak sekali kasus-kasus besar yang melibatkan akuntansi forensik. Baik yang terjadi di Indonesia sendiri atau di luar negeri. Adapun contoh kasus yang besar adalah korupsi dan penipuan.
Kasus yang cukup fenomenal adalah korupsi Bank Century. Ini menjadi salah satu kasus besar yang melibatkan akuntansi forensik, dan akan tetap melekat sekali di ingatan masyarakat.
Pihak hakim tunggal praperadilan di dalam putusannya tanggal 9 April 2018 menyatakan dengan tegas menyebutkan bahwasanya pihak termohon harus melakukan proses hukum yang berikutnya sesuai ketentuan hukum.
Kemudian, proses yang sesuai juga dengan perundang-undangan yang berlaku, atas dugaan tindak pidana korupsi Bank Century, yaitu melakukan penyelidikan baru kemudian menetapkan tersangka terhadap Raden Pardede, Muliaman, dkk.
Baru kemudian dilanjutkan dengan pendakwaan serta penuntutan dalam proses persidangan atau melimpahkannya kepada pihak kejaksaan atau kepolisian untuk melakukan penyidikan dan penuntutan.
Keputusan tersebut kemudian memunculkan adanya pro dan kontra di dalam penanganan kasus tersebut. Namun, memang sudah sejak awal kasus ini menimbulkan perdebatan yang seolah tidak ada habisnya.
Hal ini lantaran nilainya yang sangat besar, dan menimbulkan kerugian yang luar biasa.
Penanganan kasus tersebut terus memperoleh perhatian publik, karena bukan hanya sekedar menyangkut kepercayaan, melainkan juga keadilan publik.
Sangat miris jika satu sisi ada banyak masyarakat yang terus berjuang keras untuk memperoleh hak-hak dasarnya.
Sementara di sisi yang lain justru ada segelintir orang yang dengan mudahnya memperoleh talangan uang negara dengan angka yang sangat besar untuk menutupi perilaku penyimpangan yang dilakukan.
Pihak Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan bahwasanya perlu diadakan pemeriksaan forensik, agar bisa mengungkap tindakan pidana korupsi di kasus Bank Century tersebut, lantaran nominal kerugiannya yang sangat besar.
Contoh kasus akuntansi forensik di Indonesia yang juga tergolong besar adalah kasus Bank Bali. Saat itu, Pricewaterhouse Coopers adalah pihak akuntan yang melakukan pemeriksaan terhadap Bank Bali.
Dalam proses pemeriksaannya, mereka berhasil menunjukkan adanya aliran dana dari orang-orang tertentu.
Seorang akuntan forensik mempunyai tugas untuk memberikan pendapat hukum di pengadilan. Selain itu, akuntan juga mempunyai tugas untuk membantu merumuskan alternatif penyelesaian perkara sengketa.
Kemudian, merumuskan penghitungan berapa ganti rugi dan juga upaya menghitung dampak pelanggaran atau pemutusan kontrak. Dalam hal ini, akuntansi forensik terbagi menjadi dua bagian.
Pertama adalah jasa litigasi dan yang kedua jasa penyelidikan. Layanan litigasi ini merepresentasikan kesaksian seorang pemeriksa penipuan dan juga jasa-jasa akuntansi forensik yang ditawarkan, yaitu untuk memecahkan isu-isu valuasi.
Misal, yang ada di dalam kasus perceraian. Sehingga, pihak tim audit mesti menjalankan pelatihan dan juga mendapatkan materi akan pentingnya memahami prosedur akuntansi forensik di dalam praktek audit nantinya.
Kemudian, seorang akuntan forensik juga akan mendapatkan materi seputar kebutuhan akan peran mereka, untuk memecahkan permasalahan yang ada.
Sementara jasa layanan yang kedua ialah mengadakan pemeriksaan atau auditor penipuan. Akuntan forensik ini harus menguasai akuntansi mendeteksi, mengendalikan penipuan, mencegah, hingga misinterpretasi.
Seorang akuntan forensik juga harus mempunyai keahlian yang sangat baik dalam membantu menyajikan berbagai bukti-bukti yang sudah dipersiapkan.
Adapun yang menjadi keterampilan utamanya adalah kemampuan menyajikan temuan dengan ringkas, jelas, hingga orang awam pun dapat memahaminya dengan mudah. Tentu, hal ini akan membantu di dalam lingkungan pengadilan nantinya.
Seorang akuntan forensik juga bisa bertindak sebagai saksi ahli di pengadilan, yang akan memberikan berbagai bukti-bukti kunci pada pemeriksaan silang.
Seorang akuntan forensik mesti mempunyai kepercayaan diri yang tinggi untuk menjawab berbagai pertanyaan yang sulit, dan memanfaatkan keahliannya untuk membantu mengarahkan kasus sesuai keinginan.
Adapun tanggung jawab seorang akuntan forensik ialah melakukan penelitian forensik yang bertujuan untuk melacak dana dan juga mengidentifikasi aset untuk pemulihan.
Selain itu, ia juga bertanggung jawab untuk mempersiapkan laporan akuntansi forensik dari temuannya
Terdapat beberapa ruang lingkup dalam akuntansi forensik, yang biasanya dikelompokkan berdasarkan pada jenis proses hukum. Berikut ini beberapa contoh ruang lingkup dalam akuntansi bidang forensik:
Ruang lingkup pertama adalah penipuan sekuritas. Saat organisasi atau pialang saham membuat klaim palsu mengenai informasi yang digunakan pihak investor untuk membuat keputusan, artinya mereka sedang melakukan penipuan sekuritas.
Pihak akuntan di bidang ini akan membantu pihak investor untuk menghindari penipuan tersebut, dan mengungkapkan keterlibatan perusahaan dalam kasus penipuan sekuritas.
Ruang lingkup ini terjadi ketika ada bisnis atau beberapa individu yang mengklaim sebuah informasi palsu tentang situs keuangan mereka, demi menghindari pembayaran pajak.
Maka, akuntan akan berperan untuk melacak pendapatan, agar bisa menentukan sejauh mana tindakan penipuan tersebut dilakukan.
Akuntan di bidang ini juga bisa menggunakan data-data, agar bisa membuktikan bahwasanya perusahaan yang tertuduh tidak ikut terlibat dalam kasus penipuan.
Pencucian uang akan mempersulit pekerjaan akuntan bidang forensik untuk melakukan pelacakan uang-uang yang statusnya palsu.
Maka, akuntan di bidang forensik yang menangani kasus pencucian uang mesti mempunyai keterampilan akuntansi dan analitis yang kuat. Hal ini supaya dapat menyelesaikan kasus kejahatan tersebut dan menemukan sumber dana yang asli.
Ruang lingkup yang lainnya adalah kerugian ekonomi bisnis dan kebangkrutan. Saat sebuah bisnis mengalami kerugian atau kebangkrutan, maka akuntan pada bidang forensik bisa memainkan peranannya yang berharga, yaitu proses pemulihan.
Nantinya, pihak akuntan akan menemukan berbagai bukti penipuan yang akan membantu bisnis tersebut bisa kembali normal atau mendapatkan pijakannya kembali.
Ada 6 tahapan dalam akuntansi forensik. Tahapan pertama adalah identifikasi masalah. Seorang auditor melakukan pemahaman awal, yaitu kasus yang akan diungkapkan.
Tujuan tahapan utama ini adalah mempertajam analisa dan spesifikasi ruang lingkupnya. Kedua, adalah pembicaraan dengan pihak klien. Dalam hal ini, dilakukan proses tanya jawab atau wawancara dengan klien.
Kemudian, ada tahapan pemeriksaan pendahuluan. Tahapan ini Anda mengumpulkan data-data awal, dan juga mengalisasinya. Sehingga, hasilnya bisa terlihat pada matriks 4W+1H.
Apabila sudah mengantongi matriks tersebut, Anda bisa menyimpulkan apakah investigas berlanjut atau tidak. Tahapan berikutnya ialah pengembangan rencana pemeriksaan.
Pada tahap ini, Anda melakukan penyusunan beberapa hal penting, seperti dokumentasi kasus yang sedang Anda tangani, kemudian prosedur pelaksanaan, tujuan audit, hingga apa saja tugas-tugas tiap individu yang ada di dalam tim.
Ketika semua sudah tersusun dengan baik, pasti ada temuan. Temuan tersebut yang akhirnya bisa Anda bicarakan kepada pihak klien dan para tim audit yang lainnya. Baru kemudian melakukan tahapan pemeriksaan lanjutan.
Di tahap pemeriksaan lanjutan ini Anda sudah mengumpulkan bukti. Hal ini karena pada tahap pemeriksaan lanjutan, proses audit sudah berjalan. Anda akan melakukan berbagai teknik demi mendapatkan kebenaran.
Terakhir, ialah dengan melakukan penyusunan laporan. Pada tahap akhir, Anda akan mengeluarkan laporan audit forensik, yang di dalamnya terdapat beberapa poin penting.
Seperti kondisi, yang meliputi apa saja hal-hal yang memang benar terjadi di lapangan. Kemudian, ada juga kriteria yang notabenenya merupakan standar untuk melakukan kegiatan.
Terakhir, simpulan. Kesimpulan berisi tentang penjelasan menyeluruh terkait proses audit yang Anda lakukan.
Secara umum, terdapat beberapa skillset yang harus Anda kuasai jika tertarik untuk menjadi akuntan forensik. Adapun beberapa pengetahuan atau skill tersebut adalah pengetahuan basic akuntansi.
Kemudian, Anda juga harus mempunyai pengetahuan seputar hukum dan juga audit. Kedua pengetahuan ini harus benar-benar Anda kuasai dengan sangat baik.
Seorang akuntan di bidang forensik juga harus mempunyai keahlian khusus dan kemampuan teknis, yang akan membuat proses audit lebih mudah dan terarah.
Termasuk di dalamnya pemahaman utuh terkait dengan hukum dan juga proses hukum, keahlian seputar menganalisis investigasi.
Pekerjaan yang berhubungan dengan forensik mengharuskan Anda untuk mampu berpikir kritis, dan mempunyai keahlian organisasi yang juga baik. Seluruh skillset tersebut harus Anda kuasai dan persiapkan dengan matang.
Jika merasa tertarik dan belum mempunyai keahlian-keahlian tersebut, tidak perlu khawatir. Universitas Pignatelli Triputra memiliki program studi akuntansi yang memiliki konsentrasi terhadap teknologi finansial yang sesuai dengan skillset yang dibutuhkan untuk menjadi akuntansi forensik. Anda dapat memperdalam skill tersebut dan menjadi akuntan forensik dengan bergabung pada program studi S1 akuntansi Upitra.
Dengan demikian, impian memperdalam bidang akuntansi forensik dan menjadi akuntan forensik bisa terealisasi, karena di Upitra terdapat bidang forensik yang bisa Anda ambil. Apakah Anda tertarik?. Jika iya langsung daftar sekarang.
Leave a reply
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *