Admisi : Senin s.d. Jumat - 08:00 s.d. 17:00
Perkembangan fintech di Indonesia semakin marak saja dewasa ini. Tidak heran, banyak dari masyarakat dari segala kalangan membutuhkannya untuk memenuhi kepenuhan finansial masing-masing.
Kehadiran fintech di Indonesia tentu saja tidak terlepas dari perkembangan teknologi yang semakin modern. Jika dibandingkan dari masa lalu, nasabah harus berkunjung ke bank atau perusahaan keuangan secara langsung.
Kini, fintech telah memudahkan nasabah untuk mendapatkan layanan keuangan. Mulai dari pembukaan rekening, pengajuan pinjaman, pengembangan dana, hingga sekadar transfer dana ke rekening bank lain.
Artikel perkembangan fintech di Indonesia ini juga akan membahas sejarah kemunculannya. Tidak hanya itu, pertanyaan perannya di masa depan juga akan terjawab.
Sebelumnya, apa itu fintech sebenarnya? Umumnya, fintech adalah sebuah singkatan dari financial technology. Bank Indonesia mendeskripsikan fintech sebagai penggunaan teknologi dalam sistem keuangan yang bisa berdampak pada stabilitas keuangan.
Sementara, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memberi definisi fintech sebagai inovasi pada industri jasa keuangan berkat penggunaan teknologi. Dengan demikian, tujuan fintech adalah mengubah cara nasabah dalam mengakses status finansialnya.
Seperti yang terungkap sebelumnya, kehadiran fintech memang tidak lepas dari perkembangan teknologi yang semakin canggih. Otomatis, gaya hidup masyarakat juga membutuhkan hal serba cepat dalam penggunaan teknologi informasi.
Alhasil, nasabah dapat mendapat layanan dan melakukan transaksi lebih praktis dan sebelumnya. Tidak hanya itu, fintech juga dapat membantu meningkatkan literasi keuangan bagi masyarakat.
Di Indonesia, istilah fintech ini terbagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut:
Sejarah dan perkembangan fintech di Indonesia memang tidak terlepas dari asal-usulnya. Sebagai istilah, fintech baru populer dalam satu dekade terakhir. Namun, bentuk inovasi sebenarnya sudah mulai muncul lebih dari satu abad yang lalu.
Istilah ini sudah ada sejak tahun 1886 berdasarkan sebuah riset ilmiah. Awalnya, mulai tahun 1866, inovasi teknologi komunikasi seperti telegraf, transportasi kereta api, dan kabel trans-Atlantik bisa memudahkan perpindahan informasi keuangan di dunia.
Bahkan, Western Union, perusahaan keuangan multinasional, berdiri pada tahun 1851 di Rochester, New York. Perusahaan tersebut semakin dominan berkat teknologi telegraf semakin canggih untuk melayani transfer elektronik secara luas.
Selanjutnya, Diners Club berdiri pada 1950 dan sekaligus menjadi pionir kartu kredit. Terciptanya kartu kredit pertama juga menjadi awal perkembangan sistem pembayaran nontunai modern.
Sejak saat itu, terdapat banyak perusahaan finansial yang berfokus dalam industri kartu kredit berdiri. Salah satu perusahaan terkenal adalah American Express yang berdiri pada 1958.
Selanjutnya, sebuah mesin ATM (Automated Teller Machine) diperkenalkan pada 1967 oleh penemu asal Inggris bernama John Shepherd-Barron. Mesin tersebut memudahkan nasabah bank untuk mengecek saldo dan melakukan transaksi.
Beralih ke era internet, semakin banyak bank yang memasang ATM dan bahkan menawarkan berbagai layanan praktis. Contoh layanan tersebut berupa internet banking dan mobile making.
Selanjutnya, berbagai perusahaan fintech online pun berdiri, contohnya PayPal dan Cash. Kehadiran perusahaan tersebut ikut meramaikan perkembangan fintech di dunia dengan beberapa inovasi seperti payment app dan mobile wallet.
Kini, masyarakat dunia, terutama kalangan millennial dan gen-Z, telah menyambut secara antusias berbagai layanan fintech. Mereka dapat lebih mudah untuk mengakses layanan keuangan untuk kebutuhan finansial masing-masing.
Sejarah keberadaan fintech di Indonesia pun bisa terlacak dari awal evolusinya pada tahun 1987. Saat itu, Bank Niaga pertama kali menghadirkan ATM pertama di Indonesia. Langkah ini diikuti oleh Bank BCA pada 1988 dan beberapa bank lainnya.
Nasabah pun kemudian akan lebih terbiasa dalam penggunaan mesin ATM satu dekade kemudian. Ini karena saat itu mereka masih terbiasa mendatangi bank secara langsung dan rela mengantre untuk melakukan transaksi keuangan.
Kemudian, Bank Internasional Indonesia (BII, sekarang Maybank Indonesia) memperkenalkan layanan e-banking pada tahun 1988. Namun, BCA justru memperluas layanan tersebut secara masif melalui layanan KlikBCA pada tahun 2001.
Bertepatan dengan hadirnya Klik BCA, tahun 2000-an sekaligus menjadi titik awal perjalanan perkembangan fintech di Indonesia secara masif.
Pada tahun 2006 saja, terdapat enam perusahaan fintech yang telah berdiri di Tanah Air. Bahkan, pengguna Fintech di tahun tersebut mencapai tujuh persen.
Angka jumlah pengguna fintech ini kemudian meningkat menjadi 78 persen satu dekade kemudian. Ini adalah hasil dari sosialisasi selama satu dekade agar masyarakat dapat menerima bentuk inovasi dalam sektor keuangan tersebut.
Selanjutnya, Asosiasi Fintech Indonesia berdiri pada September 2015 karena semakin banyak masyarakat kepercayaan terhadap startup fintech. Tentunya, penggunaan fintech dalam bertransaksi, termasuk berbelanja, menjadi semakin mudah.
Untuk mengatasi masalah regulasi, Otoritas Jasa Keuangan menetapkan peraturan OJK nomor 77 tahun 2016 yang mengatur jasa fintech.
OJK merevisi aturan tersebut pada tahun 2020. Revisi tersebut menetapkan perusahaan fintech Indonesia harus memenuhi berbagai syarat tertentu agar mendapat izin operasi.
Sementara itu, Bank Indonesia juga sudah menetapkan tiga peraturan yang menjadi dasar hukum penyelenggaraan fintech sebagai berikut:
Lantas, bagaimana dampak positif dari maraknya fintech di Indonesia? Pastinya, terdapat banyak kelebihan yang bisa terasa oleh masyarakat Indonesia, begitu pula dengan kalangan pebisnis. Berikut adalah dampak positifnya.
Salah satu manfaat dari perkembangan fintech di Indonesia adalah meningkatkan inklusi keuangan di tanah air. Inklusi keuangan bisa berarti tersedianya layanan keuangan secara aman, nyaman, dan terjangkau bagi siapapun.
Kehadiran fintech telah membantu meningkatkan perekonomian nasional sehingga berpotensi peningkatan kesejahteraan masyarakat. Oleh sebab itu, masyarakat yang belum terjangkau oleh bank bisa mengakses layanan keuangan secara praktis.
Hadirnya fintech membuat masyarakat tidak perlu lagi datang ke bank secara langsung. Pasalnya, berbagai macam layanannya lebih mudah dan praktis berkat penerapan teknologi yang semakin canggih saja.
Masyarakat juga bisa mendapatkan layanan keuangan secara online di manapun dan kapanpun. Dengan demikian, setiap aktivitas finansial bisa berjalan lebih cepat dari sebelumnya.
Salah satu perkembangan fintech bagi pengusaha adalah memudahkan dalam mendapat modal. Pendanaan akan jauh lebih efisien dan efektif.
Lebih baik lagi, sistem peer to peer lending memudahkan masyarakat untuk mendapat modal berbunga modal. Alhasil, ini bisa membantu masyarakat agar menghindari para rentenir yang menerapkan bunga sangat tinggi, sehingga memudahkan pelunasan.
Terakhir, terkait dengan tiga manfaat tadi, fintech bisa meningkatkan taraf hidup masyarakat. Karenanya, terdapat beragam opsi mendapatkan pinjaman modal untuk usaha secara luas.
Belum lagi, sistem pembayaran yang sangat praktis dan bunga rendah pun memudahkan bisnis untuk berkembang. Nantinya, hal ini bisa meningkatkan potensi bisnis untuk meraup untung sehingga taraf hidup meningkat.
Sementara itu, bagaimana masa depan perkembangan fintech di Indonesia? Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) mengatakan bahwa potensi fintech sangat besar dalam dorongan pertumbuhan ekonomi di Tanah Air.
Ini membuktikan bahwa sektor fintech di Indonesia memiliki masa depan yang cerah. Bahkan, masyarakat, terutama millennial dan gen-Z, semakin melek teknologi berkat perkembangan yang masif.
Sebagaimana yang disebutkan dalam laporan East Ventures – Digital Competitiveness Index 2023, transaksi digital meningkat pesat sebanyak 32 persen. Angka ini jauh lebih baik jika dibandingkan dengan tahun 2019.
Maraknya fintech di Tanah Air ini pun sudah memudahkan dan menyederhanakan setiap transaksi. Ini ikut menjadi bagian dari transisi aktivitas keuangan dari offline ke online.
Banyak sekali fitur fintech yang sangat beragam, mulai dari internet banking, mobile banking, e-wallet, hingga QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard).
Di balik perkembangannya, literasi dan inklusi keuangan masih menjadi tantangan. OJK mencatat bahwa terdapat kesenjangan sebesar 8,3 antara literasi dan iklusi keuangan.
Ini menunjukkan masyarakat sudah mengetahui adanya layanan fintech. Namun, mayoritas dari mereka masih membutuhkan lebih banyak informasi atau literasi untuk mengaksesnya.
Terlebih, maraknya layanan pinjaman online ilegal dan tidak berizin pun masih sangat marak. Minimnya literasi dan inklusi keuangan ini meningkatkan risiko kasus pinjaman online ilegal.
Masa depan perkembangan fintech di Indonesia memiliki berbagai hal yang harus menjadi pertimbangan. Baik itu dari manfaat, regulasi hukum, jumlah, dan juga tantangannya.
Seiring dengan perkembangannya yang sangat masif, banyak calon pekerja dari kalangan milenial dan gen-Z tertarik untuk bekerja di perusahaan fintech.
Bagi yang ingin bekerja di sana, terdapat beberapa syarat yang harus terpenuhi. Pertama, calon pekerja harus memiliki gelar sarjana atau magister, salah satunya dari jurusan akuntansi.
Kedua, kemampuan berpikir kritis dan memecahkan kompleks ikut menjadi kewajiban. Tujuannya agar memudahkan untuk menentukan keputusan dengan baik saat melakukan analisis dan membuat proyek.
Syarat yang paling umum lainnya adalah memahami pengetahuan tentang dunia finansial. Tidak hanya sekadar mengatur keuangan pribadi, tetapi juga mengenal berbagai istilah lain yang terkait erat dengan keuangan.
Lantas, memilih program studi dan universitas ikut berperan besar bagi calon mahasiswa agar ketiga syarat tersebut terpenuhi. Inilah mengapa program studi Akuntansi Universitas Pignatelli Triputra akan memberi kecakapan khusus.
Program studi Akuntansi Universitas Pignatelli Triputra memiliki kurikulum yang melibatkan perkembangan dunia industri, teknologi, dan finansial. Salah satunya perkembangan fintech di Indonesia.
Oleh karenanya, teknologi informasi menjadi sistem pembelajaran yang sangat penting bagi mahasiswanya. Ini agar memudahkan proses pembelajaran yang mengacu integrasi pemahaman teori dan praktik untuk dunia usaha.
Banyak lulusan program studi Manajemen Universitas Pignatelli Triputra telah siap dalam dunia kerja. Mereka mampu mengaplikasikan ilmu dalam era bisnis digital secara kompeten, unggul, dan inovatif.
Universitas Pignatelli Triputra (Upitra) juga akan mendampingi alumni dalam penempatan kerja sesuai kompetensi yang dimiliki. Mereka juga akan mendapat kesempatan magang di perusahaan lokal atau nasional, sehingga siap untuk kerja. Salah satu program studi S1 unggulan Upitra adalah program studi akuntansi.
Program studi Akuntansi Upitra siap membimbing mahasiswanya hingga siap untuk memberikan dampak terhadap perkembangan fintech di Indonesia. Program studi akuntansi di Upitra memiliki program unggulan berbasis teknologi digital, sehingga menyesuaikan dengan skillset yang dibutuhkan pada lapangan pekerjaan saat ini. Yuk, gabung segera dengan Upitra dan menjadi lulusan akuntansi yang berkualitas!
Leave a reply
Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *